Bab
I
Pendahuluan
1.Latar belakang
Pendidikan
Multikultural di berbagai negara memiliki karakteristik yang berbeda beda
sesuai dengan sejarah, unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki dan visi dalam
memandang tentang multikultural.
Sejak Perang
Dunia II, beberapa kelompok imigran telah tinggal di Inggris dan di negara
Eropah daratan seperti Perancis, Belanda, Jerman, Swedia, dan Swiss.
Beberapa
imigran ini seperti orang Asia, dan India Barat dan Afrika Utara dan Indocina
di Perancis telah berdatangan dari daerah koloni sebelumnya. Beberapa
imigran Eropah Selatan dan Timur telah tinggal di negara-negara Eropah Barat
dan Utara dalam usaha menaikkan taraf hidup, menghindari perang, persoalan
politik atau sebab yang lain. Kelompok seperti orang Italia, Yunani, dan Turki
telah bermigrasi ke negara di Eropah Utara dan Barat dalam jumlah besar.
Populasi etnis dan imigran telah meningkat secara signifikan di Australia dan
Kanada sejak PD II. Sebagian besar kelompok imigran dan etnis di Eropah,
Australia, dan Kanada menghadapi masalah yang sama dengan yang dialami oleh
kelompok etnis di AS. Kelompok seperti orang Jamaika di Inggris, orang Algeria
di Perancis, dan Suku Aborigin di Australia.Berikut ini akan diuraikan
karakteristik Pendidikan Multikultural dari beberapa negara untuk menunjukkan
bahwa persoalan multikultural setiap negara itu ada yang bersifat unik dan
perlu penanganan yang unik pula, di samping hal-hal umum yang berlaku pada
semua negara.
2.Rumusan
Masalah
Bab II
Pembahasan
Pembahasan
1.Pendidikan
Multikultural Di Amerika Serikat
Pendidikan
multikultural sekarang sudah mengalami perkembangan baik teoritis maupun
praktek sejak konsep paling awal muncul tahun 1960-an yang pertama kali
dikemukakan oleh Banks. Pada saat itu, konsep pendidikan multikultural lebih
pada supremasi kulit putih di AS dan diskriminasi yang dialami kulit hitam
(Murrell P., 1999). Pendidikan multikultural berkembang di dalam masyarakat
Amerika bersifat antarbudaya etnis yang besar, yaitu budaya antarbangsa.
Terdapat
empat jenis dan fase perkembangan pendidikan multikultural di Amerika (Banks,
2004: 4), yaitu:
- Pendidikan yang bersifat segregasi yang memberi hak berbeda antara kulit putih dan kulit berwarna terutama terhadap kualitas pendidikan;
- Pendidikan menurut konsep salad bowl, di mana masing-masing kelompok etnis berdiri sendiri, mereka hidup bersama-sama sepanjang yang satu tidak mengganggu kelompok yang lain;
- Konsep melting pot, di dalam konsep ini masing-masing kelompok etnis dengan budayanya sendiri menyadari adanya perbedaan antara sesamanya. Namun dengan menyadari adanya perbedaan-perbedaan tersebut, mereka dapat membina hidup bersama. Meskipun masing-masing kelompok tersebut mempertahankan bahasa serta unsur-unsur budayanya tetapi apabila perlu unsur-unsur budaya yang berbeda-beda tersebut ditinggalkan demi untuk menciptakan persatuan kehidupan sosial yang berorientasi sebagai warga negara as. Kepentingan negara di atas kepentingan kelompok, ras, dan budaya;
- Pendidikan multikultural melahirkan suatu pedagogik baru serta pandangan baru mengenai praksis pendidikan yang memberikan kesempatan serta penghargaan yang sama terhadap semua anak tanpa membedakan asal usul serta agamanya. Studi tentang pengaruh budaya dalam kehidupan manusia menjadi sangat signifikan. Studi kultural membahas secara luas dan kritis mengenai arti budaya dalam kehidupan manusia
Pendidikan di AS pada mulanya hanya dibatasi pada migran
berkulit putih, sejak didirikan sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran
Belanda dan berdirinya Universitas Harvard di Cambridge, Boston tahun 1636.
Baru tahun 1934 dikeluarkan Undang Undang Indian Reservation Reorganization
Act di daerah reservasi suku Indian. Tujuan pendidikannya adalah proses
Amerikanisasi. Suatu kelompok etnis atau etnisitas adalah populasi manusia yang
anggotanya saling mengidentifikasi satu dengan yang lain, biasanya berdasarkan
keturunan (Smith, 1987). Pengakuan sebagai kelompok etnis oleh orang lain
seringkali merupakan faktor yang berkontribusi untuk mengembangkan ikatan
identifikasi ini. Kelompok etnis seringkali disatukan oleh ciri budaya,
perilaku, bahasa, ritual, atau agama.
Pendidikan Multikultural berkembang di dalam masyarakat
multikultural Amerika yang bersifat antarbudaya etnis yang besar yaitu budaya
antarbangsa. Ada upaya untuk mengubah Pendidikan Multikultural dari yang
bersifat asimilasi (berupa penambahan materi multikultural) menuju ke arah yang
lebih radikal berupa Aksi Sosial. Berkaitan dengan nilai-nilai kebudayaan yang
perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan pada suatu
masyarakat, maka Amerika Serikat memakai sistem demokrasi dalam pendidikan yang
dipelopori oleh John Dewey. Intinya adalah toleransi tidak hanya diperuntukkan
untuk kepentingan bersama akan tetapi juga menghargai kepercayaan dan
berinteraksi dengan anggota masyarakat.
2.Pendidikan
Multikultural di Inggris
Pendidikan Multikultural di Inggris terkait dengan
perkembangan revolusi industri pada tahun 1650-an. Pada awalnya Inggris
terkenal sebagai masyarakat yang monokultur dan baru sesudah PD II
menjadi multikultur ketika kedatangan tenaga kerja untuk pembangunan dari kepulauan
Karibia dan India. Meskipun oleh pemerintah Inggris telah berusaha memperbaiki
taraf kehidupan kelompok kulit berwarna ini, ternyata di dalam masyarakat
terlihat adanya pembedaan-pembedaan di dalam perumahan, tenaga kerja, dan
pendidikan. Gerakan wanita bermula di akhir tahun 1700-an dan awal yahun
1800-an. Perubahan seperti revolusi Amerika dan Prancis mendorong gagasan
mengenai ”kesamaan” dan ”kebebasan”. Sekalipun demikian kaum wanita tidak
diizinkan untuk memberikan suara, dan sebagian besar mempunyai akses terbatas
pada pendidikan. Pada tahun 1792, seorang penulis Inggris bernama Mary
Wollstonecraft menerbitkan A Vindication of the Rights of Woman, mengemukakan
keyakinannya dalam persamaan hak untuk pria dan wanita. Ide ini mendapat
dukungan kuat selama tahun 1800-an, dan banyak wanita yang mulai melakukan
kampanye menuntut
reformasi.
Pendidikan Multikultural berkembang sejalan dengan banyaknya kaum imigran
yang
memasuki Inggris, namun masih terdapat perlakuan yang diskriminatif sehingga
memunculkan berbagai gerakan yang berlatar belakang budaya. Gerakan ini
merupakan gerakan politik yang didukung pandangan liberal, demokrasi dan gerakan
kesetaraan manusia. Hal ini tidak lepas dari pemikiran kelompok progresif di
Universitas Birmingham yang melahirkan studi budaya (cultural studies) pada tahun
1964 yang mengetengahkan pemikiran progresif kaum terpinggirkan yang didukung
oleh Kaum Buruh (Labor party). Pendidikan Multikultural terjadi karena dorongan
dari bawah, yaitu kelompok liberal (orang putih) bersama dengan kelompok kulit
berwarna.. Hal ini diperkuat oleh politik imigrasi melalui undangundang Commonwealth
Immigrant Act tahun 1962 yang mengubah status kelompok kulit berwarna dari
kelompok imigran menjadi “shelter” (penghuni tetap). Pada tahun 1968 didirikan Select
Community on Race Relations and Immigration (SCRRI) yang bertugas
meninjau kebijakan imigrasi. Kesempatan ini digunakan oleh kaum imigran
terutama dari Hindia Barat dan Asia untuk mengetengahkan permasalahannya. Pada
tahun 1973 laporan SCRRI berkontribusi terhadap pendidikan kolompok imigran :
-
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
-
penggantian istilah imigran dengan masyarakat multirasial (multiracal society)
-
menuntut pendidikan yang lebih baik
-
meminta untuk memenuhi tuntutan National Union of Teachers (NUT) akan adanya
pendidikan yang dibutuhkan oleh
masyarakat multi rasial.
-
Merumuskan bahwa pengertian seperti integrasi, asimilasi, pluralisme dapat digunakan
untuk menggambarkan hal yang sama. (Tilaar, 2004). Pada tahun 1981 terjadi
perubahan yang signifikan dengan terbitnya British Nationality Act yang
menghendaki agar Pendidikan Multikultural bukan hanya terlihat di bidang
pendidikan namun juga forum-forum pendidikan masyarakat seperti jaringan
televise BBC. Pada tahun 1988 diundangkan Education Reform Act (ERA) yang
mengandung dua arti, yaitu paham neoliberalisme yang percaya pada kekuatan
pasar, dan neokonservatisme yang memberi kekuatan besar pada kontrol pusat.
Paham neoliberalisme memberi kekuasaan yang lebih besar pada masing-masing
sekolah untuk mengurus dirinya sendiri demikian juga kepada pemerintah lokal.
Pandangan neokonservatisme mempertahankan kurikulum yang terpusat dan
mempertahankan pendidikan agama yang bersifat Kristiani. Namun pelaksanaan
kebijakan ini memungkinkan terjadinya diskriminasi. Penyerahan pendidikan pada
kekuatan pasar berarti memperkecil kesempatan bagi kelompok kulit berwarna
untuk mendapat pendidikan yang layak. Kelompok kulit berwarna tidak kompetitif
dengan budaya dominan yang menguasai sumber pendidikan. Demikian juga dalam
penulisan sejarah Inggris raya yang kurang menguntungkan kelompok minoritas.
3.Pendidikan
Multikultural di Kanada
Di
Kanada ada konsep dan kebijakan multikultural yang harus memajukan bangsa
dengan membandingkannya dengan negara lain. Negara ini berusaha keras untuk
tidak terlalu menggantungkan ekonominya pada AS dan mencoba mempersatukan
multikulturalnya demi kemajuan bangsa. Pendidikan Multikultural di Kanada
berbeda dengan negara tetangganya AS
karena
perbedaan sejarah dan komposisi penduduknya. Etnis terbesar dari Perancis dan
Inggris selanjutnya dari etnis lain seperti Jerman, Cina, Italia, penduduk asli
Indian, Asia Selatan, Ukraina serta etnis lain. Sejarah pertumbuhan penduduk
Kanda dapat diidentifikasi atas empat
kelompok
:
1.
Etnis asli ada sekitar 50 jenis dengan berbagai bahasa yang hidup secara
nomaden
sebagai pemburu dan petani.
2.
Abad 16 sampai 1760 masuk etnis Perancis sebagai penjajah dan pedagang
karena
perdagangan bulu binatang. Percampuran etnis Perancis dengan
penduduk
asli Indian melahirkan penduduk Metis.
3.
Kedatangan Inggris setelah Treaty of Paris (1763) yang ditambah etnis
Perancis
yang terlibat Perang Kemerdekaan Amerika 1776..
4.Imigran
dari Eropah (terutama Belanda, Ukraina dan Jerman) dan Asia (Jepang, India,
Cina) dilatar belakangi kebutuhan pekerja di propinsi tengah dan barat. Sesudah
PD II terjadi banjir imigran dari Italia, Jerman, Belanda dan Polandia. Pada
tahun 1960-an terjadi perkembangan ekonomi Kanada yang membutuhkan tenaga
terdidik untuk memenuhi kebutuhan metropolitan. Toronto menjadi pusat
konsentrasi imigran asing.
Kanada merupakan negara pertama yang memberikan
pengakuan legal terhadap multikulturalisme. Sekalipun kebijakan multikultural
merupakan kebijakan federal, namun masing-masing negara bagian melaksanakan
kebijakan sesuai dengan kebutuhannya. Kebijakan multikultural dimasukkan dalam
bentuk yang berbeda-beda di dalam program sekolah, penataran guru.
4.Pendidikan
Multikultural di Australia
Australia
tidak dapat menahan masuknya orang Asia sehingga dia tidak dapat menutup
ekonominya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik, karena karena imigran dari
kedua benua itu masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat. Akibatnya, Australia
mengubah kebijakannya dari White Australia Policy ke multicultural policy.
Dampak dari perubahan kebijakan itu membuat orang Aborigin meningkatkan
kepercayaan dirinya Paham multikulturalisme di Australia berkaitan erat dengan
perkembangan politik, terutama Partai Buruh. Pelaksanaan Pendidikan
Multikultural dapat dibedakan tiga fase perkembangan yaitu dari politik pasif
ke arah asimilasi aktif (1945-1972), pendidikan untuk kaum migran bersifat pasif.
Artinya anak kaum imigran menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada.
Karena ada kesulitan dalam penggunaan bahasa Inggris bagi anak imigran
diberikanlah bantuan laboratorium bahasa. Hingga tahun 1970-an kurikulum masih
terpusat hingga menyulitkan di dalam menyesuaikan dengan kebutuhan multietnis
Australia. Kedua, dari pendidikan imigran ke Pendidikan Multikultural
(1972-1986) semua propinsi di Australia telah mengadopsi kebijakan Pendidikan
Multikultural. Kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : “ Di dalam
masyarakat multi budaya, masing-masing orang memiliki hak atas integritas
budaya; memiliki citra diri yang positif (a positif self image), dan untuk
pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Masing-masing orang tidak hanya
harus menyatakan perasaan yang psitif terhadap warisan budayanya sendiri tetapi
juga harus mengalami seperti perasaan terhadap warisan budaya orang lain.”
Tujuan Pendidikan Multikultural adalah :
a.
Pengertian dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya
di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropah.
b.
Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk membangun
Australia.
c.
Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku,
kepercayaan, nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.
d.
Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antaretnis.
e.
Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai identitas
nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam masyarakat
multi budaya Australia.
Program
Pendidikan Multikultural antara lain berbentuk bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua, pendidikan “community language” yaitu bahasa yang digunakan di dalam
suatu masyarakat tertentu. Ketiga, imperatif ekonomi dalam Pendidikan Multikultural
(1986-1993). Yaitu adanya bantuan dana dan masuknya Asian Studies Program yang
berisi bahasa Asia dan kebudayaannya. Bahkan informasi terakhir pelajaran
Bahasa Indonesia sudah dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar. Dewasa ini
hampir semua sekolah di Australia telah melaksanakan Pendidikan
Multikultural.
Pendidikan Multikultural Australia mempunyai wajah yang spesifik. Kebijakan
imigrasi
dan masalah etnis dipecahkan secara konsensus dari seluruh masyarakat. Ada
pakar yang berpendapat bahwa Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan
multi kultur dalam arti Australia lebih bercorak Anglo Saxon yang menerima kebhinekaan
selama tidak mengganggu atau mengubah gaya hidup masyarakat Anglo Saxon tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar